2.1
Pengertian Suku Bunga
Suku
bunga adalah harga dari penggunaan uang atau bias juga dipandang sebagai sewa
atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Atau harga dari meminjam uang
untuk menggunakan daya belinya dan biasanya dinyatakan dalam persen (%).
Bunga
bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip Konvensional
kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan
sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan
yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).
(Kasmir, 2002: 121)
Dalam
kegiatan perbankan sehari-hari ada dua macam bunga yang diberikan kepada
nasabahnya, yaitu:
1.
Bunga Simpanan yaitu bunga yang diberikan sebagai ransangan atau balas jasa
bagi nasabah yang
menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar
bank kepada nasabahnya. Contoh: jasa.
2.
Bunga Pinjaman yaitu bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang
harus dibayar oleh nasabah pinjaman kepada bank. Contoh: bunga kredit.
Kedua
macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi bank.
Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan kepada nasabah
sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan yang diterima nasabah. Baik bunga
simpanan maupun bunga bunga pinjaman masing-masing saling mempengaruhi satu
sama lainnya. Sebagai contoh seandainya bunga pinjaman tinggi, maka secara
otomatis bunga pinjaman juga berpengaruh naik dan demikian sebaliknya.
2.1.1 Teori Tingkat Suku Bunga
a.
Teori Klasik
Teori
bunga aliran klasik dinamakan “The Pure Theory of Interest”. Menurut teori ini,
tinggi rendahnya tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan
modal. Jadi modal telah dianggap sebagai harga dari kesempatan penggunaan
modal. Sama seperti harga barang-barang dan jasa , tinggi rendahnya ditentukan
oleh permintaan dan penawaran, demikian pula tinggi rendahnya bunga modal
ditentukan oleh permintaan dan penawaran modal.
Menurut
teori klasik, tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga pada perekonomian
akan mempengaruhi tabungan (saving) yang terjadi. Berarti keinginan masyarakat
untuk menabung sangat tergantung pada tingkat bunga. Makin tinggi tingkat
bunga, semakin besar keinginan masyarakat untuk menabung atau masyarakat akan
terdorong untuk mengorbankan pengeluaran guna menambah besarnya tabungan. Jadi
tingkat suku bunga menurut klasik adalah balas jasa yang diterima seseorang
karena menabung atau hadiah yang diterima seseorang karena menunda konsumsinya.
Investasi
merupakan fungsi tingkat suku bunga. Semakin tinggi tingkat bunga, semakin
kecil keinginan masyarakat untuk mengadakan investasi. Karena keuntungan yang
diharapkan dari investasi tersebut akan lebih dari tingkat bunga (biaya
penggunaan pinjaman tersebut). Bilamana terjadi kondisi tingkat bunga dalam
keseimbangan, artinya tidak ada dorongan untuk menabung akan sama dengan
dorongan pengusaha untuk melakukan investasi.
Tingkat keseimbangan
bunga berada pada io dimana pada tingkat bunga ini tingkat tabungan yang
terjadi sama dengan tingkat investasi. Bilaman tingkat bunga bergerak naik
(berpindah dari io ke i1), maka jumlah investasi (keinginan investor guna
melakukan investasi) berkurang. Kondisi yang terjadi pada tingkat bunga i1
dananya (mereka akan bersaing menawarkan sehingga tingkat bunga pada i1) akan
bergerak turun atau kembali pada tingkat bunga io.
Apabila
tingkat bunga io bergerak turun pada tingkat bunga i2, para investor
(pengusaha) akan bersaing guna memperoleh dana (tabungan) yang jumlahnya kecil
dibandingkan keinginan untuk investasi. Tingkat bunga keseimbangan terjadi di
pasar sama dengan interaksi antara penawaran dengan permintaan suatu barang.
Sejalan dengan proses terjadinya harga pasar suatu barang, maka tingkat
bungapun ditentukan antara keseimbangan penawaran tabungan dan permintaan
tabungan. Jadi tingkat bungalah sebagai penggerak antara keseimbangan tabungan
dan investasi.
Pendapat
klasik tentang tingkat bunga ini didasarkan pada Hukum Say (pendapat Baptis
Say) bahwa penawaran akan menciptakan permintaannya sendiri. Dengan berttitik
tolak dari Hukum Say ini maka setiap tabungan akan otomatis sama dengan
investasi. Tingkat bunga yang mengalami penurunan dan kenaikan atau bergerak
naik turun dari titik keseimbangan, maka pergerakan naik turunnya tingkat bunga
hanya bersifat sementara. Bilamana telah tejadi tarik menarik penawaran dan
permintaan atau bekerjanya mekanisme harga (aeperti pada pasar barang) tingkat bunga
keseimbangan akan tercipta kembali.
b.
Teori Keynes
Teori ini
dikemukakan oleh Keynes dan dinamakan “Liqudity Preference Theory of Interest”.
Menurut Keynes tingkat bunga ditentukan oleh preference dan suplly of money.
Liquidity preference adalah keinginan memegang atau menahan uang didasarkan
tiga alasan yaitu motif transaksi, berjaga-jaga dan motif spekulasi.
Ahli-ahli
ekonomi sesudah klasik pada umumnya memberikan sokongan pada pandangan Keynes
yang berkeyakinan bahwa tingakat bunga merupakan balas jasa yang diterima
seseorang karena orang tersebut mengorbankan liquidity preferencenya
(permintaan uang).
Permintaan
uang mempunyai hubungan yang negative dengan tingkat bunga. Hubungan yang
negative antara permintaan uang dengan tingkat bunga ini dapat diterangkan
Keynes, dia mengatakan bahwa masyarakat mempunyai pendapat tentang adanya
tingkat bunga nominal (natural rate). Bilamana tingkat bunga turun dari tingkat
bunga nominal dalam masyarakat ada suatu keyakinan memegang obligasi (surat
berharga) pada saat suku bunga naik (harga obligasi mengalami penurunan)
pemegang obligasi tersebut akan menderita kerugian (capital loss). Guna
menghindari kerugian ini, tindakan yang dilakukan adalah menjual obligasi denga
sendirinya akan mendapatkan uang kas, dan uang kas ini yang akan dipegang pada
saat suku bunga naik. Hubungan inilah yang disebut motif spekulasi permintaan
uang karena masyarakat akan melakukan spekulasi tentang obligasi dimasa yang
akan datang.
Tanggapan
Keynes yang kedua adalah berhubungan dengan ongkos (harga) memegang uang kas,
karena makin tinggi tingkat bunga makin besar ongkos memegang uang kas. Hal ini
akan menyebabkan keinginan memegang uang kas juga akan makin menurun. Bila
tingkat bunga turun berarti ongkos memegang uang rendah, sehingga permintaan
uang kas naik. Permintaan ini akan menentukan tingkat bunga. Tingkat bunga
keseimbangan pada io terjadi bila jumlah kas yang ditawarkan (uang beredar)
sama dengan yang diminta. Bila terjadi peningkatan suku bunga (di atas io)
masyarakat akan menginginkan uang kas lebih sedikit dengan membeli obligasi
(tingkat bunga turun) sampai kembali pada tingkat keseimbangan.
Bilamana
tingkat bunga yang terjadi berada dibawah keseimbangan (io) masyarakat akan
menginginkan uang kas lebih besar. Ini perlu agar menjual obligasi yang
dipegang. Tindakan untuk menjual inilah yang mendesak harganya turun dan
tingkat bunga akan bergerak naik.
2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Suku Bunga
Agar
keuntungan yang diperoleh bank dapat maksimal, maka pihak manajemen bank harus
pandai dalam menetukan besar kecilnya komponen suku bunga. Hal ini disebabkan
apabila salah dalam menentukan besar kecilnya komponen suku bunga maka akan
dapat merugikan bank itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan
suku bunga yaitu:
1.
Kebutuhan Dana
Faktor
kebutuhan dana dikhususkan untuk dana simpanan yaitu, seberapa besar kebutuhan
dana yang diinginkan. Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan
pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dan tersebut cepat
terpenuhi adalah dengan meningkatakan suku bunga simpanan. Namun peningkatan
suku bunga simpanan juga akan meningkatkan suku bunga pinjaman. Sebaliknya
apabila dana yang ada dalam simpanan di bank banyak, sementara permohonan
pinjaman sedikit maka bung simpanan akan turun.
2.
Target Laba yang Diinginkan
Faktor
ini dikhususkan untuk bunga pinjaman. Hal ini disebabkan target laba merupakan
salah satu komponen dalam menentukan besar kecilnya suku bunga pinjaman. Jika
laba yang diinginkan besar maka bunga pinjaman juga besar dan demikian
sebaliknya. Namun untuk menghadapi pesaing target laba dapat diturunkan
seminimal mungkin.
3.
Kualitas Jaminan
Kualitas
jaminan juga diperuntukkan untuk bunga. Semakin likuid jaminan (mudah
dicairkan) yang diberikan, maka semakin rendah bunga kredit yang dibebankan dan
demikian sebaliknya.
4.
Kebijaksanaan Pemerintah
Dalam
menentukan bunga simpanan maupun bunga pinjaman, bank tidak boleh mlebihi
batasan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Artinya ada batasan maksimal dan
ada batasan minimal.untuk suku bunga yang diizinkan. Tujuannya adalah agar bank
dapat bersing sacara sehat.
5.
Jangka Waktu
Baik
untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman, faktor jangka waktu sangat
menentukan. Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka semakin tinggi
bunganya. Hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko macet dimasa
mendatang. Demikian pula sebaliknya jika pinjaman berjangka waktu pendek, maka
bunganya relatif rendah. Akan tetapi untuk bunga simpanan berlaku sebaliknya,
semakin panjang jangka waktu maka bunga simpanan semakin rendah dan sebaliknya.
6.
Reputasi Perusahaan
Reputasi
perusahaan juga sangat menentukan suku bunga terutama untuk bunga pinjaman.
Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menentukan
tungkata suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan
yang bonafid kemungkinan resiko kredit macet dimasa mendatang relatif kecil dan
demikian sebaliknya perusahaan yang kurang bonafid factor resiko kredit macet
cukup besar.
7.
Produk yang Kompetitif
Produk
yang kompetitif sangat menentukan besar kecilnya pinjaman. Kompetitif maksudnya
adalah produk yang dibiayai sangat laku di pasaran. Untuk produk yang
kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika dibandingkan dengan
produk yang kurang kompetitif. Hal ini disebabkan produk yang kompetitif
tingkat perputaran produknya tinggi sehingga pembayarannya diharapkan lancar.
8.
Hubungan Baik
Biasanya
bunga pinjaman dikaitkan dengan factor kepercayaan kepada seseorang atau
lembaga. Dalam prakteknya, bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah uatam
(primer) dan nasabah biasa (sekunder).
9.
Persaingan
Dalam
kondisi tidak stabil dan bank kekurangan dana sementara maka tingkat persaingan dalam memperebutkan
dana simpanan cukup ketat, maka
bank harus bersaing ketat dengan bank lainnya.
2.3 Peran Suku Bunga dalam
Perekonomian
Tingkat
bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberi keuntungan kepada para
pengusaha. Para pengusaha akan melaksanakan investasi yang mereka rencanakan
hanya apabila tingkat pengembalian modal yang mereka peroleh melebihi tingkat
bunga. Dengan demikian besarnya investasi dalam suatu jangka waktu tertentu
adalah sama dengan nilai dari seluruh investasi yang tingkat pengembalian
modalnya adalah lebih besar atau sama dengan tingkat bunga.
Apabila
tingkat bunga menjadi lebih rendah, lebih banyak usaha yang mempunyai tingkat
pengembalian modal yang lebih tinggi daripada tingkat suku bunga. Semakin
rendah tingkat bunga yang harus dibayar para pengusaha, semakin banyak usaha
yang dapat dilakukan para pengusaha. Semakin rendah tingkat bunga semakin
banyak investasi yang dilakukan para pengusaha (Sukirno, 1998)
2.4 Kurva Kesempatan
Investasi
Kurva Kesempatan Investasi (The Investment – Opportunity Curve) adalah konsep untuk menjelaskan
masalah alokasi antar waktu. Guna memudahkan memahami konsep ini, maka akan
disampaikan alam bentuk contoh.
Misalkan suatu masyarakat yang hidup disekitar hutan
jati, dan hanya ada satu jenis barang yag dihasilkan yaitu kayu gergajian.
Apabila masyarakat tersebut semakin banyak menebang kayu jati di hutan tahun
ini, maka makin sedikit kayu jati yang akan bisa ditebang di tahun yang akan
datang.
Banyaknya kayu gergajian yang dihasilkan sekarang dengan
tahun yang akan datang tidak satu banding satu. Artinya kalau tahun ini
menghasilkan 10 kayu gergajian lebih banyak tidak berarti tahun depan produksi
kayu gergajian turun dengan 10 buah . Masalah yang dihadapai oleh masyarakat
tersebut adalah penentuan jumlah pohon yang ditbang tahun ini dan tahun depan. Dengan kata lain,
masyarakat tersebut perlu menyelesaikan masalah alokasi antara jumlah produksi
tahun ini dengan tahun depan.
Gambar 2.1
Kurva Kesempatan Melakukan Investasi
Jika
masyarakat menebang semua pohon dan digergaji tahun ini, maka tahun depan
mereka tidak dapat menghasilkan kayu gergajian, yaitu pilihan pada titik A.
Pilihan
titik B, tahun ini tidak memproduksi sama sekali, dan berarti semua pohon
diproduksi tahun depan.
Pada titik
C, sebagian dihasilkan tahun ini dan sebagian lagi tahun depan.
bentuk kurva
cembung darititik nol, berarti berlaku anggapan bahwa hubungan turunnya
produksi sekarang dengan naiknya produksi tahun depan tidak satu banding satu.
Berdasarkan
kurva di atass dapat disimpulkan, bahwa dengan tidak menebang pohon pada tahun
ini (menabung) berarti melakukan investasi pohon untuk produksi tahun depan.
2.4.1 Pilihan Waktu
Terdapat beberapa cara untuk memecahkan masalah pilihan
waktu ini, yaitu melalui tradisi, keputusan pemerintah dan pilihan individu.
Yang dimaksud dengan cara tradisi adalah masyakat melakukan pilhan atas dasar
apa yang dipakai nenek moyangnya, tanpa adanya perubahan dan selalu berulang
begitu seterusnya. Dengan cara ini masyarakat akan memilih misalnya pada titik
C, menebang secukupnya tahun ini guna memperoleh kayu gergajian sebanyak 10
buah tahun depan, cara ini terus dipertahankan dari tahun ke tahun tanpa
perubahan.
Pilihan yang didasarkan atas pilihan pemerintah secara
sederhana dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut. Seandainya pemerintah
dapat diibaratkan sebagai seorang raja yang dapat menentukan berapa kayu
gergajian yang dihasilkan tahun ini dan berapa tahun depan yang berlaku bagi
sekelompok masyarakat. Bagaimana caranya si raja ini menentukan jumlah
tersebut? Guna menjawab pertanyaan ini diperlukan suatu konsep apa yang disebut
”kurva indifference pilihan waktu” dari si raja tersebut (persis sama dengan
kurva indifference seorang konsumen) seperti gambar berikut ;
Gambar 2.2
Kurva Indifference Pilihan Waktu
Kurva
indifference mempunyai bentuk cembung ke titik nol, jadi kurva indifference (indifference curve) (IC) yang lebih
tinggi, misalnya titik D, akan lebih disukai daripada di bawah kurva. (titik A,
B dan C). Keputusan pilihan waktu akan
didasarkan pada prinsip kepuasan tertinggi dengan mengingat keterbatasan alat
pemuas. Secara grafik dapat ditunjukkan dengan titik singgung antra kurv IC
dengan kurva berbagai kesempatan investasi (titik E pada gambar berikut).
Gambar 2.3
Fungsi Alokasi dengan Keputusan Pemerintah
Setiap
individu memuliki IC sendiri. Sekelompok individu (konsumen) mungkin mau
menunda sebagian penggunaan barang sekarang untuk memperoleh brang lebih banyak
di kemudian hari. Sebaliknya kelompok lain (produsen) karena mengharapkan dapat
melakukan investasi dari penundaan penggunaan barang sekarang yang jumlhnya
lebih sedikit (10 buah kayu).
Dari dua
kelompok individu ini karena kesukaan mereka tidak sama, bahkan berbalikan maka
timbullah semacam pasar (pinjam-meminjam).
Dari contoh di atas, maka kelompok konsumen akan bersedia mengorbankan
penggunaan barang sekarang sedang kelompok pengusaha justru mau menggunakan
penggunaan barang sekarang dan bersedia mengganti dengan jumlah lebih banyak di
kemudian hari. Dari proses ini lahirlah nilai tukar/harga, yang dalam hal ini
dapat disebut sebagai tingkat bunga.
Nilai tukar atau tingkat bunga dapat digambarkan dalam gambar di bawah ini:
Gambar 2.4
Tingkat Bunga
Garis lurus miring dari kiri atas ke kanan bawah
menggambarkan tingkat bunga, yakni perbandingan/nilai tukar antara jumlah
barang yang dapat dipakai sekarang dengan yang dapat dipakai di kemudian hari.
Misal 10 buah kayu yang bisa dipakai tahun ini dapat
ditukar dengan 11 buah kayu tahun depan. Nilai tukar, yang juga menggambarkan
tingkat bunga, besarnya ditentukan oleh lereng garis tersebut. Makin
datar berarti makin banyak barang tahun depan yang bisa diperoleh dengan
sejumlah tertentu barang tahun ini, jadi tingkat bunganya makin tinggi.
Sebaliknya makin tegak lurus garis, berarti makin
rendah/kecil tingkat bunganya. Gerakan ke bawah sepanjang garis itu menunjukkan adanya
tindakan memberi pinjaman. Sebaliknya gerakan ke atas menunjukkan adanya
tindakan meminjam, karena menukarkan penggunaan barang kemudian hari yang
jumlahnya lebih banyak dengan penggunaan barang sekarang yang jumlahnya lebih
sedikit.
Melalui alat analisa di atas, maka masalah alokasi waktu
bagi individu dapat dipecahkan. Pada prinsip persaingan setiap individu
memiliki kurva kesempatan investasi dan kurva indifference serta adanya
transaksi pinjam-meminjam. Berdasarkan anggapan tersebut, pemecahan masalah
alokasi dapat dijelaskan dengan menggunakan contoh sebagai berikut.
Gambar 2.5
Alokasi Waktu
Tanpa adanya
pinjam meminjam, individu X akan memilih titik B, karena untuk kurva kesempatan
investasi tertentu, dia sudah dapat kepuasan yang maksimum.
Adanya
mekanisme ”pinjam-meminjam”, X dapat memilih produksi pada titik A dan
meminjamkan kelebihan produksinya (jarak A dan B) pada tingkat bunga yang
berlaku dipasar. Pada kemdian hari X dapat menggunakan kayu gergajian yang
lebih banyak pada titik C. Posisi C, X lebih baik, karena berada pada IC yang
lebih tinggi.
Tanpa adanya
transaksi pinjam meminjam, Y akan berad pada titik D dengan penggunaan barang
dikemudian hari dalam jumlah lebih sedikit dari pada sekarang. Dengan adanya
transaksi indivisu, Y akan berproduksi pada titik A dan akan meminjam. Dengan
meminjam ini posisinya akan lebih baik yang ditunjukkan pada titik E, yang berada
pada kurva IC lebih tinggi.
Bagaimana
diketahui bahwa jumlah yang dipinjamkan oleh X sama dengan jumlah yang dipinjam
oleh Y ?
Harga/tingkat bunga yang menjamin kesamaan tersebut.
Tingkat bunga akan naik apabila Y ingin pinjam lebih banyak dan sebaliknya,
apabila keinginan pinjam menurun tingkat bunga juga akan turun, dan dari sini
dapat diketahui bahwa tingkat bunga merupakan pemecah masalah alokasi antara
sekarang dan nanti.
Sumber
:
-
zuhrisaputrahutabarat.blogspot.co.id/2011/05/dasar-dasar-teori-tingkat-bunga.html
-
manajemenhouse.blogspot.co.id/2014/06/contoh-makalah-suku-bunga.html
-
www.landasanteori.com/2015/07/pengertian-suku-bunga-dan-teori-faktor.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar